Sudah dikatakan berkali-kali juga oleh Elvonda Michael alias Once dalam lagunya di atas. Menangislah jika harus menangis. Masih belum paham juga? Ya intinya, menangis lah jika memang dibutuhkan saja. Kalau tidak dibutuhkan, tidak usah menangis. Buang-buang air mata saja. Begitu kan? Gitu aja kok repot. Ada kalanya manusia mengalami sebuah kepiluan atau kesedihan yang mendalam.
Entah karena tersakiti hatinya, atau karena telah ditinggalkan orang-orang terdekatnya. Atau mungkin karena menuai kegagalan dalam melakukan sebuah usaha yang keras.
Dan tidak jarang juga orang-orang karena hal-hal tersebut meneteskan air matanya sebagai tanda dirinya sedang bersedih. Atau mungkin ketika manusia sedang memperoleh keberhasilan atau kebahagiaan yang begitu dahsyat sehingga keterharuan akan kebahagiaan tersebut membuat matanya tidak sanggup membendung air untuk keluar dari kelopak matanya. Namun seyogyanya menjadi seseorang itu tidak usah lebay. Alias berlebihan tea. Sedikit-sedikit nangis, sedikit-sedikit nangis, nangis kok sedikit-sedikit.
Hehehe kayak pernah denger ya kalimat itu.. Yup, intinya, jadi orang jangan cengeng. Kayak bayi aja doyan nangis. Wong bayi sekarang aja sudah jarang nangis. Kalah dengan bayi dong?
Hahaha, sukurin lu. Maka dari itu, kembali ke lirik tadi, menangislah jika harus menangis. Saya ulangi, menangislah jika harus menangis. Tapi bukan berarti saya melarang untuk menangis lho ya.
Saya hanya mengimbau orang agar lebih bijak lagi dalam memutuskan kapan menangis dan kapan tidak usah menangis. Apa tidak bosan, bukannya ketika kecil kita sudah sering menangis? Mbok yo isin.. Menempatkan sesuatu pada tempatnya, mungkin itu kalimat yang tepat dalam mendeskripsikan petikan lirik lagu di atas.
Kadang orang menangis dengan alasan yang sulit dipertanggung jawabkan. Atau mungkin orang menangis karena ikut-ikutan temannya yang nangis. Nggak kreatif, bisanya cuman ikut-ikutan. Atau biasanya orang menangis karena tidak bisa menahan sakit yang tak terkira. Kalau yang begitu mah masih wajar mungkin ya, manusiawi.
Dan pada akhirnya, menangislah karena Anda begitu menghargai kehidupan ini. Menangislah karena kita manusia. Waduh, berat nih bahasanya. Gapapa lah, yang baca juga sudah mahasiswa ini, harusnya sudah tau bagaimana memaknai arti hidup.
Saya copy paste dari sini. Jadi nggak ada yang melarang untuk menangis kan… Berbagai hal yang ada, terjadi karena satu alasan. Kita saja yang belum menemukan sebab dan alasan sesuatu itu terjadi. Satu saat pasti akan ditemukan. Selanjutnya, kita memang yang harus menjalaninya dengan kesabaran dan semangat penuh. Kata Lita, sesuatu itu akan indah pada waktunya :D…. Air mata yang telah jatuh Membasahi bumi … takkan sanggup Menghapus penyesalan Penyesalan yang kini ada … jadi tak berarti Karna waktu yang bengis … terus pergi.
Reff Menangislah… bila harus menangis Karena kita semua… manusia Manusia bisa terluka… manusia pasti menangis Dan manusiapun bisa mengambil Hikmah …. You are commenting using your WordPress. You are commenting using your Google account. Menangis itu sehat. Hal ini akan membuat mental dan fisik terasa lebih kuat. Melihat banyaknya manfaat dari tangisan, para peneliti di AS kini merekomendasikan terapi menangis untuk orang-orang tertentu, terutama mereka yang punya kesulitan dalam mengekspresikan emosinya Secara medis,menangis dianggap bisa menyembuhkan sakit dan meningkatkan kadar hormon adrenalin Berdasarkan Sebuah penelitian yang dilakukan para ahli di Amerika Serikat menyebutkan, 9 dari 10 orang mengaku merasa lebih lega setelah menangis.
Tentang menangis ini Dr Simon Moore, psikolog dari London Metropolitan University menyatakan "Menangis adalah pelepasan emosi yang paling tepat saat kita tak bisa mengungkapkannya lewat kata-kata," kata. Sementara itu Profesor William Frey, ahli tangis dari AS, berpendapat bahwa air mata yang dikeluarkan saat kita sedang emosional mengandung hormon endorphin atau stres sehingga bisa membuat perasaan lebih plong.
Menangis juga diketahui bisa menurunkan tekanan darah dan denyut nadi. Endapan energi negatif akan terlepas ke alam semesta bersamaan dengan terurainya air mata. Saat itu pula system emosional—mental kita menyeimbangkan dirinya sendiri. Pikiran akan kembali berisi materi yang seimbang. S: 9 Itulah sebabanya barangkali mengapa para sufi seringkali menggunakan tangisan sebagai jembatan taubat mereka pada Ilahi, bagi mereka banyak tertawa dianggap sebagai suatu perbuatan yang akan mengeraskan hati,sementara banyakmenangis itu akan melembutkan hati, dalam konteks sufisme menangis merupakan suatu kendaraan menuju Tuhan Sang Pencipta.
Salah seorang guru silat saya pernah dihina keluarganya karena miskin, lalu ia menangis dan bermunajat pada Ilahi.
0コメント